SELAMAT DATANG DI FORUM BELAJAR DAN KELUARGA ( Muhammad Nasir )

Senin, 28 Januari 2013

Tehnik Turun Tebing

Turun tebing memerlukan tehnik guna menjaga keseimbangan badan dan turun dengan selamat tentunya. Tak mudah, tetapi juga tak terlalu sulit selama kita mau mengenalnya dan mau mempelajarinya disertai praktek yang relatif benar. Tehnik turun tebing ini di kenal di dunia panjat tebing dengan nama Rappeling. Tehnik ini di kategorikan sebagai tehnik yang sepenuhnya tergantung dari peralatan.

Prinsip Rappeling

- Menggunakan tali rappel sebagai jalur lintasan dan tempat bergantung.
- Menggunakan gaya berat badan dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong gerak turun.
- Menggunakan salah satu tangan untuk keseimbangan dan tangan lainnya untuk mengatur kecepatan.
Variasi tehnik Rappeling

1. Body Rappel

Menggunakan peralatan tali saja, yang dibelitkan sedemikian rupa pada badan. Pada teknik ini terjadi gesekan antara badan dengan tali sehingga bagian badan yang terkena gesekan akan terasa panas.

2. Brakebar Rappel

Menggunakan sling/tali tubuh, carabiner, tali, dan brakebar. Modifikasi lain dari brakebar adalah descender. Pemakaiannya hampir serupa, dimana gaya gesek diberikan pada descender atau brakebar.

3. Sling Rappel

Menggunakan sling / tali tubuh, carabiner, dan tali. Cara ini paling banyak dilakukan karena tidak memerlukan peralatan lain, dan dirasakan cukup aman. Jenis simpul yang digunakan adalah jenis Italian hitch.

4. Arm Rappel / Hesti

Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati bagian belakang badan. Dipergunakan untuk tebing yang tidak terlalu curam.

Dalam rapelling, usahakan posisi badan selalu tegak lurus pada tebing, dan jangan terlalu cepat turun. Usahakan mengurangi sesedikit mungkin benturan badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali. Sebelum memulai turun, hendaknya :

1. Periksa dahulu anchornya.

2. Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang dipergunakan.

3. Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang dan pastikan bahwa tali sampai ke bawah ( ke tanah ).

4. Usahakan melakukan pengamatan sewaktu turun, ke atas dan ke bawah, sehingga apabila ada batu atau tanah jatuh kita dapat menghindarkannya, selain itu juga dapat melihat lintasan yang ada.

5. Pastikan bahwa pakaian tidak akan tersangkut carabiner atau peralatan lainnya.

Peralatan Pendakian

1. Tali Pendakian

Fungsi utamanya dalam pendakian adalah sebagai pengaman apabila jatuh.Dianjurkan jenis - jenis tali yang dipakai hendaknya yang telah diuji oleh UIAA, suatu badan yang menguji kekuatan peralatan - peralatan pendakian. Panjang tali dalam pendakian dianjurkan sekitar 50 meter, yang memungkinkan leader dan belayer masih dapat berkomunikasi. Umumnya diameter tali yang dipakai adalah 10 - 11 mm, tapi sekarang ada yang berkekuatan sama, yang berdiameter 9.8 mm.
Ada dua macam tali pendakian yaitu :

* Static Rope, tali pendakian yang kelentirannya mencapai 2-5 % fari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya kaku, umumnya berwarna putih atau hijau. Tali static digunakan untuk rappelling.
* Dynamic Rope, tali pendakian yang kelenturannya mencapai 5-15 % dari berat maksimum yang diberikan. Sifatnya lentur dan fleksibel. Biasanya berwarna mencolok ( merah, jingga, ungu ).

2. Carabiner

Adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau huruf D, dan mempunyai gate yang berfungsi seperni peniti. Ada 2 jenis carabiner :

* Carabiner Screw Gate ( menggunakan kunci pengaman ).
* Carabiner Non Screw Gate ( tanpa kunci pengaman )

3. Sling

Sling biasanya dibuat dari tabular webbing, terdiri dari beberapa tipe. Fungsi sling antara lain :
- sebagai penghubung
- membuat natural point, dengan memanfaatkan pohon atau lubang di tebing.
- Mengurangi gaya gesek / memperpanjang point
- Mengurangi gerakan ( yang menambah beban ) pada chock atau piton yang terpasang.

4. Descender

Sebuah alat berbentuk angka delapan. Fungsinya sebagai pembantu menahan gesekan, sehingga dapat membantu pengereman. Biasa digunakan untuk membelay atau rappelling.

5. Ascender

Berbentuk semacam catut yang dapat menggigit apabila diberi beban dan membuka bila dinaikkan. Fungsi utamanya sebagai alat Bantu untuk naik pada tali.

6. Harnes / Tali Tubuh

Alat pengaman yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis hernas :

* Seat Harnes, menahan berat badan di pinggang dan paha.
* Body Harnes, menahan berat badan di dada, pinggang, punggung, dan paha.
Harnes ada yang dibuat dengan webbning atau tali, dan ada yang sudah langsung dirakit oleh pabrik.

7. Sepatu

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :

* Sepatu yang lentur dan fleksibel. Bagian bawah terbuat dari karet yang kuat. Kelenturannya menolong untuk pijakan - pijakan di celah - celah.
* Sepatu yang tidak lentur/kaku pada bagian bawahnya. Misalnya combat boot. Cocok digunakan pada tebing yang banyak tonjolannya atau tangga - tangga kecil. Gaya tumpuan dapat tertahan oleh bagian depan sepatu.

8. Anchor ( Jangkar )

Alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali pendakian dimasukkan pada achor, sehingga pendaki dapat tertahan oleh anchor bila jatuh. Ada dua macam anchor, yaitu :

* Natural Anchor, bias merupakan pohon besar, lubang - lubang di tebing, tonjolan-tonjolan batuan, dan sebagainya.
* Artificial Anchor, anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh si pendaki. Contoh : chock, piton, bolt, dan lain - lain.


Prosedur Pendakian

Tahapan - tahapan dalam suatu pendakian hendaknya dimulai dari langkah - langkah sebagai berikut

1. Mengamati lintasan dan memikirkan teknik yang akan dipakai.

2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

3. a. Untuk leader, perlengkapan teknis diatur sedemikian rupa, agar mudah untuk diambil / memilih dan tidak mengganggu gerakan. Tugas leader adalah membuka lintasan yang akan dilalui oleh dirinya sendiri dan pendaki berikutnya.
b. Untuk belayer, memasang anchor dan merapikan alat - alat ( tali yang akan dipakai ). Tugas belayer adalah membantu leader dalam pergerakan dan mengamankan leader bila jatug. Belayer harus selalu memperhatikan leader, baik aba-aba ataupun memperhatikan tali, jangan terlalu kencang dan jangan terlalu kendur.

4. Bila belayer dan leader sudah siap memulai pendakian, segera memberi aba - aba pendakian.

5. Bila leader telah sampai pada ketinggian 1 pitch ( tali habis ), ia harus memasang achor.

6. Leader yang sudah memasang anchor di atas selanjutnya berfungsi sebagai belayer, untuk mengamankan pendaki berikutnya.

TUTORIAL PEMBUATAN POINT PANJAT

Pembuatan Point Panjat - 3

Membuat Cetakan / Master Cetakan I
Ada banyak cara untuk membuat Artificial Rock Hold [bahasa kalangan climber Indonesia biasanya dibilang “point”], mulai dari sini dan seterusnya dalam tulisan ini akan disebut “point”.

Disini kita akan membuat dengan cara paling mudah dan paling sering dipakai. Dimulai dengan membuat cetakan. [moulding] Master “point” 

Sebelumnya buat dulu “point” tiruan yg bisa dibuat dari gabus / sterofoam / busa yg biasa dipakai di tukang bunga, biasa disebut oase. 

Apapun makanannya eh.maksudnya apapun bahan pembuat tiruan “point” pastikan menempel kuat dan rapat pada tatakan / dasar dari cetakan yg akan kita buat agar cetakan nanti berbentuk sempurna, bagusnya dilem pakai lem tembak. Lalu buat pembatas disekelilingnya, dicontoh gambar digunakan bekas wadah sabun colek..:D…..dan pastikan bawahnya menempel kuat pada dasar / tatakan agar nanti adonan cetakan tidak keluar / bocor.

Diusahan semprot “point” tiruan tersebut dengan minyak sayur / minyak goring, agar mudah dikeluarkan saat cetakan sudah kering dan tidak meninggalkan serbuk di badan cetakan.
Untuk pembatasnya bisa juga dibuat dari pelastik berongga seperti gambar disamping. Dalam pembuatan dinding pembatas perlu diperhatikan jarak antara “point” tiruan dengan dinding pembatas, jangan terlalu dekat karena akan menghasilkan dinding cetakan yg tipis sehingga tidak terlalu kokoh, tapi juga jangan terlalu tebal karena akan boros adukan silicon pembuatan cetakan
Tutup rapat setiap celah guna mencegah bocor saat adonan cetakan dituang, gunakan lem tembak / lem bakar
Langkah berikutnya buat campuran bahan cetakan dan tuangkan secara menyeluruh sampai “point” tiruan tenggelam dan memiliki ketebalan cukup [menggunakan silicon cair yang akan dibahas tersendiri] jangan lupa sebelum mengisi cetakan pasang dahulu mur panjang dilubang mur pada badan “point” tiruan.
Disini kita membuat 2 cara mencetak yg berbeda untuk ilustrasi. Yang sebelah kiri dipasangi baut agar hasil cetakannya nanti akan ada lubang untuk penempatan baut yang nantinya baut tsb akan dipasang lagi sewaktu pencetakan “point” agar mendapatkan lubang yg bagus untuk penempatan baut, yg disebelah kanan tidak dipasangi karena nanti bentuk cetakannya sudah ada bentuk & lubang untuk penempatan baut, tetapi keleman dari model ini adalah apabila cetakan ini berulang-ulang dipakai bagian yg berbentuk pentol yg menghasilkan lubang pada hasil cetakan sering sekali mudah rusak, makanya padau mumnya sekarang sudah memakai penempatan baut ditengahnya, ini akan membuat cetakan tersebut akan bertahan lebih lama.
Diamkan cetakan 1 malam, setelah mengering, lepas baut dari cetakan silicon
Lalu lepaskan pembatas cetakan
Pisau bisa digunakan untuk melepas lem tembak / lembakar yg digunakan untuk merekatkan dinding cetakan dengan dasar cetakan
Langkah terakhir lepaskan gabus “point” imitasi tadi dari cetakan silicon cair yg sudah mongering. Karena terbuat dari gabus, jadi langsung saja patahkan dan bersihkan sisa-sisanya dengan tangan, bersihkan & pastikan tidak ada sisa yg tertinggal di ruang cetak. Sekarang kamu udah punya master cetakan untuk membuat “point” / Artificial Climbing
Mencetak”point”
Siapkan wadah / cetakan yg tadi sudah dibuat, disini ada model cetakan seperti yg sudah dujelaskan sebelumnya. Pertama cetakan dengan baut asli dan satunya cetakan dengan pola baut ditengahnya

Kalau ingin menggunakan baut asli sebagai tangkainya, sangatlah penting menggunakan pelumas pada baut tersebut karena adonan resin yg dipergunakan untuk membuat “point” akan lengket pada logam. Disini Stoner Urethane Mold Release atau bias juga pergunakan 4WD agar adonan resin tidak lengket pada baut dan proses pelepasan baut dari cetakan akan mudah.

Kembalikan baut pada posisinya.
Langkah berikutnya adalah membuat campuran disini dipegunakan Alumilite Casting Resin. Perbandingan 1:1. Aduk campuran merata, sampai tidak ada lagi garis-garis melingkar pada campuran. Resin adalah bahan yg tidak berbahaya dan sangat aman dipergunakan, pengunaannya juga mudah. Aduk kira 20 – 30 detik.
Setelah adukan tercampur rata, segera tuangkan kecetakan, digambar samping terlihat cetakan yg menggunakan baut asli dan cetakan lubang bautnya terpola pada cetakan.
Campuran Alumilite Resins akan berganti warna dalam waktu 90 detik terlihat warnanya akan lebih pucat.
Pada tahap perubahan warna ini, segera cabut baut dengan menggunakan tang. Disarankan dalam waktu 1 – 2 menit setalah penuangan segera dilepas karena kalau terlalu lama proses pelepasan akan sulit, mungkin akan membutuhkan kunci.
Tunggu beberapa menit, setelah cairan resin mengeras, lalu keluarkan dari cetakan, mungkin cetakan pertama akan sedikit kotor dengan sisa-sisa dari bahan gabus pembuat “point” imitasi, tidak apa-apa karena tidak mempengaruhi mutu dari ”point” tersebut. Setelah selesai simpan cetakan silikon yg selesai dipakai tadi dengan dibersihkan terlebih dahulu, simpan di tempat yg sejuk dan didalam kotak, sehingga lain waktu bisa dipergunakan untuk membuat ”point” berikutnya.
Nah disamping terlihat contoh hasil cetakan, silahkan bereksperimen cara yg mana yg paling efektif, saran saya sih lebih baik pakai yg ada bautnya kalau ingin menggunakan cetakan berkali-kali.
Pembuatan Campuran Silicon Cair
Timbang sebanyak silicon yang dibutuhkan dan pastikan cukup untuk mengisi box cetakan.
Campur 1 bagian catalyst [pengeras] dengan 10 bagian silicon
Campurkan catalyst kedalam silicon.
Aduk rata sampai warnanya berwarna muda, pastikan untuk mengaduk rata sampai bagian sisi dan dasar wadah.
Seperti inilah kalau sudah tercampur dengan baik.
Tuangkan campuran silicon cair tadi ke box cetakan yg sudah disiapkan. Setelah campuran dibuat segeralah tuangkan. Tuangkan secara merata setelah itu box cetakan sedikit dipukul2 pada sisinya perlahan agar silicon cair dapat menempat setiap sisi kosong dan gelembung2 angin terbuang.
Pastikan semua “point” palsu sudah tenggelam, tidak perlu mengisi penuh box cetakan tapi pastikan ketebalannya cukup kira2 lebih dari 0.5 cm .
Tuang habis semua adonan ke box cetakan. Dan didiamkan 1 malam.
Ramuan Resin - I
Disini dipakai resin RC-3 A & B, dan pewarna. Siapkan juga wadah pencampuran.
Tuangkan cairan A kedalam wadah yg sudah dibersihkan dan kering.
Dengan menggunakan pipet, masukkan 1 /atau 2 tetes pewarna, ini sydah cukup untuk memberi warna pada 1 wadah resin, semain banyak pewarna semakin kental / gelap warnanya.
Aduk campuran resin dengan pewarna dengan baik dan merata.
Pastikan pewarna tercampur dengan baik
Setelah itu masukkan cairan B kedalam wadah. Perbandingannya cairan A & B adalah 1 : 1, perbandingan yg tidak tepat akan mengakibatkan hasil yg kurang baik.
Ramuan Resin - II
Aduk dengan hati-hati dan harus merata dengan baik. Pastikan campuran jangan terlalu lama terbuka, kira-kira 3 menit.
Gambar diatas contoh resin yg sudah dituang kedalam cetakan.
Gambar disamping adalah cetakan yg sama setelah beberapa detik, perlu diketahui resin yg sudah tercampur akan cepat sekali mengeras jadi segera tuang kecetakan begitu campuran resin selesai diaduk, jika resin tidak segera dituang kedalam cetakan sebelum perubahan warna terjadi kemungkinan campuran akan mengeras dalam wadah.
Setelah resin mengeras dengan baik, resin bias dikeluarkan dari karet cetakan.
ini contoh salah satu resin yg sudah mengering dan bisa langsung digunakan atau dipasang pada wall climbing. Selamat berkarya….
Bahan-bahan yang dibutuhkan
Silicon RC-3 & Catalys
Pewarna
Resin RC-3 A & B
Pasir Laut
Catatan Tambahan.

Sarung Tangan : Pergunakan sarung tangan karet selama bekerja dengan menggunakan silicon cair, resin dan pembuatan cetakan.

Hati-hati : jangan sampai resin ada yg tertumpah atau menetes kelantai karena tidak bias dibersihkan dengan baik, akan meninggalkan cacat, gak mau dong lantai bersih rumah jadi cacat karena ketetesan resin apa lagi meja bini yg dapet beli kreditan…hihihihi..bisa diamuk.

Ventilasi : Ingat, disini digunakan bahan kimia yg mengandung uap yang dapat mengganggu pernafasan, sebaiknya bekerja diruangan terbuka atau bervetilasi dan sirkulasi angin yg baik. 

Tips pembuatan cetakan silicon

Pemilihan bahan dan cara penggunaan yg tepat akan menghasilkan cetakan karet silicon yang baik dan lentur. Contoh bahan disini sangat direkomensadikan.


De-Airing

Bubbling atau gelembung yg terperangkap dalam adonan silicon cair sering kali menjadi kendala sehingga setelah kering dan menjadi cetakan karet silicon permukaan dalam cetakan tidak mulus dan juga bisa membuat karet cetakan agak sedikit cepat rusak karena dibadan cetakan karet silicon berongga, ini biasa terjadi bila pengadukan dan pencampuran adonan silicon cair secara manual alias menggunakan tangan, gelembung udara terperangkap dalam adonan. Ini bisa disiasati dengan memukul-mukul wadah pengaduk setelah selesai pengadukan dengan tujuan agar gelembung-gelembung udara yg terperangkap bisa naik dengan cepat sebelum adonan dituang kecetakan.

Karena bahan ini adalah campuran dari bahan dasar dan pengering / pengeras yg akan mengembang saat pembuangan gelembung, maka pakailah wadah yg bisa menampung kira2 2 atau 3 kali lebih besar dari volume campuran yg akan dibuat Bahan silicon cair yg mempunya kekentalan rendah seperti Dow Corning HS III RTV high strength silicone rubber dan Dow Corning 3110 akan banyak cukup banyak mengembang sampai 5 kali volume asal, untuk bahan yg lebih kental seperti Silastic E, J, M-2, and L akan mengembang lebih sedikit kira 2 atau 3 volume awal.


Thinners

Thinner dapat digunakan pada semua produk Dow Corning silicone moldmaking rubbers. Dow Corning 200 Fluid menjadi seperti thinner silicon yg belum dicampur. 


Mold Life Extension

Perawatan. Bahan 200 Fluid bagus sekali sebagai cairan untuk merawat permukaan cetakan karet silicon. Cairan resin akan membuat permukaan karet silicon pada cetakan akan mudah sekali kering yang bisa mengakibatkan permukaan karet retak2 atau bahkan rusak / sobek, dengan mengoleskan bahan 200 Fluid akan kembali melemaskan permukaan karet silicon cetakan, lalu diamkan semalam. 


Tips

Karena menggunakan bahan-bahan kimia perhatikan warning /peringatan yg biasanya tertera pada lebel yg biasanya ada dikemasan atau brosur ygmenyertai produk tersebut. Keep Alumilite out of the reach of children, do not take internally, and do not use in any way other than it’s intended use. Even though it has very little odor, we still recommend using Alumilite in a well ventilated area. Safety first! 


Mixing / Pencampuran

Sebelum melakukan pencampuran pastikan perbandingan setiap bahan diketahui dengan pasti biasanya setiap bahan resin perbandingannya adalah 1 : 1 berat / volume. Paling tidak buat campuran sedikitnya setengan ons untuk setiap bagiannya untuk memastikan keseimbangan campuran, Apabila membuat campuran kurang dari ¼ cangkir dicairan A dan ¼ cangkir dicairan B, makan perbandingannya tidak akan seimbang dan resin tidak akan mengeras. Takarlah setiap cairan dalam wadah berbeda baru kemudian disampurkan. Setelah cairan digabungkan langsung diadukmerata dengan baik dari dasar sampai permukaan. Sekitar 15 – 25 detik. 


Penuangan

Setelah campuran resin dibuat, tuangkan kewadah cetakan karet silicon yg sudah disiapkan secara perlahan, dan sebaiknya dituangkan dari sisi pinggir agar gelembung-gelembung yg tercipta saat penuangan dapat keluar dengan baik. Jika cetakan berbentukbanyak lekukan dan agak besar, tuangkan secara bergantian sisi agar udara yg terperangkap dapat keluar dengan lancer, bias juga setelah penuangan cetakan sedikit diketuk=ketuk atau digoyang-goyangkan agar gelembung yg terperangkapdidasar cetakan dapat keluar dengan lancer.


Cetakan Silicon & Resin.

Untuk mempermudah pelepasan karet silicon dari box cetakan atau master “point”,dapat dipergunakan sedikit rubbing alcohol. Iniakan membuat karet silicon licin dan sangatmembantu saat pelepasan dari silicon dari box cetakan dan master “point” tetapi jangan lupa mengeringkannya lagi [dilap pakai tissue, jangan dengan lap basah] sebelum karet silicon yg sudah berupa cetakan sebelum dipakai untuk mencetak, itu sudah cukup untuk mempermudah pelepasan resin dari cetakan karet silicon setelah resin mengeras 


Pewarna

Pewarna Alumilite’s coloring dyes dapat dicampaurkan pada Alumilite’s casting resins untuk mendapatkan warna yg diinginkan. Pewarna harus dicampur pada cairan A. Takan yg disarankan adalah sampai 5% dari berat cairan A, makinsedikit dipergunakan pewarna, maka warnanya akan semakin pucat. 


Bahan Tambahans.

Dapat dipergunakan pasir pantai yg sudah diayak dan dibersihkan dengan cara mencuci dan dikeringkan dengan baik, pasir pantai ini gunanya untuk mendapatkan permukaan resin yg kasar dan kesat sehingga permukaan “point” akan seperti batu tebing aslinya. Pasirdapat dicampurkan pada cairan B setelah pewarnaan dan aduk dengan baik dan merata sampai kedasar wadah, perbandingannya adalah tidak lebih dari10% dari jumlah cairan A. 


Umur Resin.

Biasanya resin bias bertahan tersimpan sampai 1 tahun dalam wadah tertutup. Resin akan tetap bias terpakai selama tidak tercampur antara cairan A & B dan sebaiknya disimpan diruangan yg kering dan sejuk.

Simpul

Magic Munter (Italian) Hitch


Pada tahun 2005, saya beruntung kenal Werner Munter, ayah dari Metode Mengurangi Pergeseran, sebagai penguji Avalanhce Course saya di Swiss. Dengan kacamata Jhon Lennon-nya dan rambut lurus abu-abu serta jenggot.
Munter juga diangkat menjadi nama sebuah simpul terkenal Munter Hitch. Ceritera mengatakan Herr Munter membawa simpul nelayan ini untuk memanjat, mengetes pengeraman jatuh (fall resting) -saat pelatihan untuk menjadi pemandu di tahun 1960-an. Dia merasa bahwa belay pada pinggul tidak cukup daya friksinya dan sebagai gantinya menggunakan Italia (sekarang Munter) Hitch.
Dari semua alat di kotak peralatan saya untuk memanjat dan memandu, sebuah Munter Hitch adalah satu dari tiga yang sering saya andalkan: cepat , membutuhkan sedikit alat, dan multifungsi. Seharusnya jadi sahabat kedua untuk semua pemanjat.


Dasarnya
Kapan: Apakah Anda pernah lupa alat belaying/rappel, atau merasa bahwa menggunakannya terlalu lambat untuk bagian yang lebih pendek? Atau ternyata tali Anda membeku sehingga tidak bisa melalui alat belay/rappelling? Sebuah Munter menyelesaikan semua masalah ini
Alatnya: Tali dan karabiner HMS (dengan pengunci) - atau krabiner berbentuk buah pir. Catatan: gunakankara biner semi-otomatis atau otomatis untuk rappels, untuk mengurangi kemungkinan tali untuk membuka screw.
Pergeseran : Munter Hitch bekerja seperti sistem belay lainnya. Butuh tiga hal detail dalam pikiran:
1. Pengujian: Setelah Anda buat simpul, tarik masing-masing helai untuk memastikan tali berjalan. The Munter adalah simpul bi-directional, dimaksudkan untuk "flip" sebagai lawan utas tali yang ditarik.
2. Pengereman: Untuk rem, bawa dua helai tali sejajar satu sama lain - yaitu, tarik helai tali rem yang berdampingan dengan helai tai untuk pemanjat (selanjutnya disebut sebagai "beban").
3. Balik: Anda dapat mencegah - atau paling tidak mengurangi - hasil belitan simpul Munter oleh pengereman seperti per di atas, atau dengan menggunakan Super Munter
Membuatnya:
Berikut adalah dua cara favorit saya untuk membuat Munter.
1. Munter dua tangan. Dengan tali di satu tangan, bentuk bight. Putar bight 360 derajat dan kemudian cantolkan karabiner melalui bight. Tarik tali untuk membentuk sebuah Munter Hitch. Kunci karabiner Anda!
2. Munter satu tangan, langsung pada titik anchor: teknik ini memungkinkan untai tali yang terbebani ada pada tempat yang tepat dan Anda dapat dengan mudah mengubah Munter dalam pangkal, saat partner Anda mencapai anchor . Pertama, letakkan tali Anda melalui karabiner Anda, yang harus terkait dengan anchor. Dengan tali yang tak terbebani, putar tali ke atas hingga membuat loop. Sekarang berikan putaran 4 kali (90 derajat) dan cantolkan melewati karabiner untuk membentuk Munter Hitch. (Jika Anda tidak memutar itu 4 kali, tali tidak pada posisinya.) Kunci karabiner!

The "Auto-blok" Munter: Klip karabiner melewati tali yang tak terbebani dan sisi kiri berasal dari untai tali lainnya yang terbebani (yaitu, sisi kiri Munter's). Hal ini akan mencegah simpul dari membalik, membuat sistem penguncian sendiri (auto-blocking) . Untuk menguji ini, tarik pada sisi rem-tangan - tali harus berjalan lancar, sekarang tarik tali pemanjat (yang dibebani) - itu harus diblokir segera. Hal ini juga baik jika Anda perlu untuk membawa dua orang yang pada tali yang terpisah -tempatkan dua jalur tali yang terpisah pada dua locking-carabinner untuk membuat dua auto-blocking Munter Hitch .

4 Simpul Terpenting Untuk Panjat

Anda tidak perlu mengenal banyak simpul untuk memanjat, tetapi anda perlu untuk mengenalnya, anda perlu mengenalnya dengan baik. Sementara tercatat ada hampir 4,000 simpul, anda dapat dengan aman memanjat dengan mengenal enam simpul sederhana dan penting di bawah ini. Sebagaimana karir panjat anda berkembang, anda akan mempelajari banyak simpul khusus lain tetapi simpul sehari-hari ini merupakan simpul yang anda perlu ketahui dari awal, akhir pembuatan, bahkan dalam kegelapan.
Mereka terbaik untuk panjat, karena punya beberapa alasan;
- Mudah dibuat

- Sulit menjadi ketat
- Mudah diperiksa begitu saja
Latih mengikat simpul ini dengan tali panjang sebelum pergi ke tebing, jadi anda menguasainya dan terampil untuk dilihat setelah pengaman diri sendiri. Anda perlu tahu bagaimana cara membuat mereka semua, mengapa
mereka penting, dan bagaimana cara menggunakannya masing-masing.
1.Figure-8 Follow-Through
Merupakan simpul standar and
a, menghubungankan tali ke harness. Adalah simpul panjat paling aman digunakan, diselesaikan dengan fisherman's backup knot.
2.Clove Hitch
Sebuah simpul yang cepat dibuat untuk menghubungan tali ke anchor. Baik karena ini tidak mengambil banyak bagian tali dan secara mudah disesuaikan.

3.Figure 8 on a Bight
Simpul loop terbaik untuk mengikat tali anda ke titik pengaman karena ini kuat dan mudah dilepaskan. juga berguna untuk mencantolkan seseorang pada pertengahan tali.


4.Double Figure 8 Fisherman's Knot.
Simpul terkuat dan terbaik untuk menyambungkan dua tali untuk rappelling atau top-roping.

5.Prusik Knot.
Merupakan salah satu simpul friksi atau simpul yang dibalut/diklem pada tali utama. Simpul pengaman diri yang mudah dibuat untuk meniti tali utama saat situasi darurat.

6.Munter Hitch
Juga
dikenal sebagai Italian Hitch. Sebuah simpul belay dan rappel darurat yang ikatkan pada karabiner. Berguna jika anda menjatuhkan alat belay anda (belay device).

4 Friction Knot for Climber

4 Simpul Friksi Bagi Pemanjat
Pemanjat perlu mengenal sedikitnya salah satu dari simpul friksi ini sehingga ia dapat meniti sebuah tali tetap (fixed rope) terutama pada situasi darurat; melepaskan pengamanan untuk self-rescue; meniti tali setelah terjatuh ke celah yang dalam di glacier dan sebagai pengaman cadangan atau penguncian dengan sendirinya (autoblock) saat melakukan rappelling. 4 simpul ini mudah dipelajari, cepat dibuat, dan tidak merusak tali seperti mekanis ascender, yang menggunakan gigi/taji pencengkeram tali. Saat pemanjat menggunakan simpul ini untuk memanjat/meniti tali, teknik disebut "prusiking".
prusiking tehnique
Semua empat simpul friksi pada dasarnya sekedar sebuah loop tali dengan diameter kecil (5-6 mm), biasanya disebut “sling prusik" , dikaitkan ke tali panjat. Setelah simpul dilampirkan, pemanjat naik tali tetap dengan menggeser simpul ke atas . Simpul, menggunakan daya gesekan terciptai bila simpul dibebani dengan berat pemanjat, berkontraksi dan mencengkeram tali, mengizinkan pemanjat naik. Simpul friksi seharusnya tidak digunakan pada tali yang beku akibat es karena simpul tak kan mencengkeram tali. Jika anda menggunakan simpul friksi untuk naik, adalah penting menggunakan dua sling untuk dua simpul dan pastikan anda terhubung dengan tali-jangan pernah mempercayai nyawa anda pada simpul friksi yang tunggal.
Simpul Friksi Dengan Tali Kecil
Simpul friksi terbaik dibuat dengan sling panjang berdiameter 5mm atau 6mm , dengan ujungnya diikat bersama dengan simpul nelayan ganda atau simpul delapan-nelayan ganda (kedua simpul juga digunakan untuk menyambung tali rappel) ke bentuk sebuah loop. Semakin tebal diameter sling-prusik yang digunakan, semakin sedikit pergesekan ataugaya cengkeram simpul pada tali panjat . Lebih menghasilkan pergeseran daripada mencengkaram tali dengan kuat. Inilah mengapa selalu lebih cenderung menggunakan cord (tali prusik) daripada webbing untuk simpul friksi,meskipun webbing samahalnya dengan sling akan bekerja saat jika diperlukan.
Semanakah Panjangnya
Panjang loop untuk simpul friksi adalah keputusan pribadi. Saya lebih suka menggunakan panjang 24-inch, sama panjang dengan sling yang dijahit, daripada loop yang lebih panjang. Lebih pendek loop lebih mudah mengangkat harness dan dapat secara mudah dibuat lebih panjang dengan mengaitkan sling lainnya. Sebuah loop dengan panjang 5-kaki dibutuhkan utnuk membuat loop 24-inch. Pemanjat lebih suka membawa loop 24-inch dan loop 48-inch, mengaitkan yang pendek ke loop harness dan yang lebih panjang digunakan sebagai sling untuk kaki.
4 Simpul Friksi.
Simpul Prusik paling umum digunakan sebagai simpul gesek (friksi knot) untuk meniti tali. mudah dibuat dan sangat aman bila ini terbebani. Kekurangannya jika ini terlalu ketat, susah dilepas dan menggesernya.
Klemheist merupakan simpul friksi yang digunakan untuk meniti tali dan untuk self-rescue bila pemanjat perlu lepas dari pengaman. Seperti simpul prusik, ini bisa digeser dengan mudah pada tali utama. Keuntungan simpul Klemheist daripada simpul Prusik bahwa simpul ini lebih mudah dilepaskan balutannya pada tali utama setelah terbebani, bekerja pada satu arah, lebih cepat dibuat daripada simpul Prusik , mudah dilepas setelah terbebani, dan dapat dibuat dengan webbing.
Bachmann merupakan simpul friksi yang mempergunakan karabiner sebagai pegangan (handle) dan digunakan untuk meniti tali tetap. Sementara karabiner membuatnya mudah menggeser simpul ini pada tali utama, jika karabiner permukaannya halus dan tidak menggenggam tali kecelakaan dapat saja terjadi. Simpul Bachmann ideal untuk situasi pertolongan dan sebagai back-up pengaman saat dilepas ketika tak dibebani, tetapi secara otomatis mencengkeram tali bila ini dibebani.
Autoblock juga disebut Simpul Prusik Perancis, mudah dibuat dan simpul friksi serbaguna yang digunakan sebagai simpul pengaman cadangan pada tali rappeling. Simpul diikat di tali di bawah alat rappelling dan kemudian terkait dengan harness pemanjat melalui sebuah karabiner pada bagian paha (leg loop) atau belay loop. Simpul ini membantu pergesekan pada rappeling dan membiarkan pemanjat dengan aman berhenti melakukan rappelling untuk mengatur tali atau lakukan tugas lainnya. Simpul ini harus tidak pernah digunakan untuk meniti tali karena ini lebih cenderung bergeser daripada mencengkeram tali utama. Maupun digunakan sebagai sarana menurunkan karena pemanjat dapat hilang kendali dan terkena panasnya tali akibat gesekan.